Calcitriol

Penggunaan Calcitriol

Kalsitriol umumnya digunakan untuk mengobati defisiensi nutrisi atau defisiensi vitamin dan mineral khususnya defisiensi kalsium. Ini juga digunakan dalam pengobatan osteoporosis dan osteoporosis pasca menopause serta sebagai pengobatan topikal dalam psoriasis.

Bagaimana Cara Kerja Calcitriol

Kalsitriol memainkan peran penting dalam regulasi kalsium dan fosfat yang sangat penting dalam mengatur mineralisasi tulang. Ini adalah bentuk aktif dari vitamin D yang merangsang transportasi kalsium di usus.

Efek Samping dari Calcitriol

Nyeri perut, Mulut kering, Konstipasi, Dehidrasi, Sakit kepala, Mual, Kelemahan, Tingkat kalsium serum tinggi, Tingkat kalsium tinggi dalam urine

Peringatan

Ginjal Aman Jika Diresepkan

Obat ini aman untuk pasien dengan masalah ginjal. Calcitriol pada pasien dengan profil ginjal normal dapat menyebabkan hiperkalsemia dan dapat meningkatkan kadar kreatinin serum. Hidrasi yang memadai juga harus dipertahankan pada pasien yang mengonsumsi obat ini.

Alkohol Tidak Disarankan

Konsumsi alkohol saat mengonsumsi Calcitriol tidak disarankan karena dapat meningkatkan beberapa efek samping obat.

Kehamilan Tidak Aman

Studi hewan telah menunjukkan efek teratogenik dari Calcitriol selama kehamilan. Namun, tidak ada studi yang dilakukan terhadap manusia. Calcitriol hanya harus digunakan pada ibu hamil jika manfaatnya lebih besar dari risikonya.

Mengemudi Secara Umum Aman

Aman untuk mengemudi atau mengoperasikan mesin saat mengonsumsi obat ini karena Calcitriol jarang menyebabkan efek samping pada kegiatan tersebut.

Hati Aman Jika Diresepkan

Calcitriol aman digunakan pada pasien dengan gangguan hati.

Laktasi Aman Jika Diberikan Resep.

Calcitriol dapat diekskresikan ke dalam ASI. Ibu menyusui yang memerlukan pengobatan dengan Calcitriol dapat melanjutkan menyusui saat mengonsumsi obat ini, namun tingkat kalsium serum dari ibu dan bayi harus dimonitor. Cari nasihat dokter sebelum mengonsumsi obat ini.

Pertanyaan yang Sering Diajukan

Ditulis oleh , MD (Universiti Hasanuddin, Indonesia)

Diperiksa oleh Dr Nur Syuhada binti Zulkifli, MD, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).