Diphtheria Toxoid

Penggunaan Diphtheria Toxoid

Tokoid Difteri umumnya digunakan dalam pencegahan difteri.

Bagaimana Cara Kerja Diphtheria Toxoid

Pembangunan antibodi netralisasi terhadap toksin difteri yang dihasilkan dari toksoid difteri melindungi terhadap penyakit difteri. Toksoid difteri akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi terhadapnya yang akan melindungi orang yang divaksinasi.

Efek Samping dari Diphtheria Toxoid

Mual, Muntah, Diare, Nyeri, Pembengkakan & kemerahan di tempat suntikan, Demam, Ruam, Lemah otot, Menggigil, Pembengkakan kelenjar getah bening aksila

Peringatan

Ginjal Gunakan Dengan Hati-hati

Disarankan untuk memberikan vaksin Diphtheria Toxoid dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal. Data terbatas tentang profil keamanan vaksin karena infeksi difteri cukup jarang terjadi.

Alkohol Tidak Disarankan

Tidak disarankan untuk minum alkohol setelah pemberian vaksin Diphtheria Toxoid karena mungkin terjadi interaksi antara keduanya.

Kehamilan Tidak Aman

Studi pada hewan telah menunjukkan bahwa Diphtheria Toxoid dapat menyebabkan efek buruk pada janin dan penelitian pada manusia tidak memadai. Namun, jika terdapat risiko tinggi paparan infeksi difteri, manfaat dari pemberian vaksin ini dibandingkan dengan potensi risikonya harus dinilai. Vaksin yang tidak aktif juga mungkin tidak menimbulkan risiko apa pun pada janin.

Mengemudi Secara Umum Aman

Diphtheria Toxoid biasanya tidak memengaruhi kemampuan untuk mengemudi. Jangan mengemudi kecuali Anda merasa baik.

Hati Data Terbatas

Disarankan untuk memberikan vaksin Diphtheria Toxoid dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan hati. Data tentang profil keamanan vaksin terbatas karena infeksi difteri cukup jarang.

Laktasi Data Terbatas

Masih belum diketahui apakah Diphtheria Toxoid aman digunakan selama menyusui. Keputusan untuk memberikan vaksin atau melanjutkan menyusui tergantung pada manfaat vaksin bagi ibu atau manfaat menyusui bagi bayi.

Ditulis oleh , MD (Universiti Hasanuddin, Indonesia)

Diperiksa oleh Dr Nur Syuhada binti Zulkifli, MD, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).