Rifampicin

Penggunaan Rifampicin

Rifampisin umumnya digunakan dalam pengobatan kusta, Tuberkulosis (TB), dan tuberkulosis dengan infeksi HIV.

Bagaimana Cara Kerja Rifampicin

Rifampisin adalah agen Anti-TB. Pembentukan rantai untuk sintesis RNA pada bakteri yang rentan akan ditekan oleh Rifampisin. Hal ini terjadi dengan mengikat subunit β dari RNA polimerase DNA-dependent yang menyebabkan penghambatan transkripsi RNA yang pada gilirannya membunuh bakteri.

Efek Samping dari Rifampicin

Pemerahan Wajah, Gejala Mirip Flu (Demam, Sakit Kepala, Pusing, Nyeri Tulang, Sesak Napas, Malaise), Gangguan GI (Mual, Muntah, Diare), Kelemahan Otot, Perubahan Warna Urine menjadi Merah

Peringatan

Ginjal Gunakan Dengan Hati-hati

Rifampicin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal. Penyesuaian dosis Rifampisin mungkin diperlukan. Silakan berkonsultasi dengan dokter Anda.

Alkohol Tidak Disarankan

Lebih mungkin menyebabkan kerusakan hati jika pasien mengonsumsi Rifampicin bersamaan dengan alkohol.

Kehamilan Tidak Aman

Rifampicin diketahui menyeberang barier plasenta dan mencapai janin tetapi tidak ada studi yang terkontrol dengan baik pada wanita hamil, oleh karena itu, efeknya tidak diketahui. Studi pada hewan telah menunjukkan efek teratogenik pada dosis yang sangat tinggi. Penggunaan obat ini mungkin tidak aman dan hanya harus digunakan jika manfaatnya lebih besar dari risikonya.

Mengemudi Secara Umum Aman

Tidak ada studi tentang Rifampicin terhadap kemampuan mengemudi. Jangan mengemudi kecuali Anda merasa baik.

Hati Gunakan Dengan Hati-hati

Rifampicin merupakan kontraindikasi pada pasien dengan penyakit kuning. Penyesuaian dosis Rifampisin diperlukan untuk pasien dengan gangguan hati. Silakan berkonsultasi dengan dokter Anda.

Laktasi Tidak Disarankan

Rifampicin terbukti diekskresikan dalam ASI. Tidak disarankan bagi wanita untuk menyusui sambil mengonsumsi Rifampicin karena efek obat yang berpotensi merugikan pada bayi.

Pertanyaan yang Sering Diajukan

Ditulis oleh , MD (Universiti Hasanuddin, Indonesia)

Diperiksa oleh Dr Nur Syuhada binti Zulkifli, MD, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).